Tuesday, May 22, 2007

JALAN-JALAN MAUT YANG MEMATIKAN

oleh Henny Kristina

Tubuh kecilnya terbungkus ke­meja dilapisi jaket biru yang di­­padu dengan jeans war­na se­­na­da hari itu. Per­ban putih di pipi ka­nannya masih me­nempel. Se­men­tara ka­ki dan ta­ng­annya terlihat me­mar ke­me­­ra­han. Sesekali ia meringis, ra­ut wa­jah­­nya meregang. “Saya jatuh da­ri mo­tor waktu menuju ke Beng­ka­yang,” kata Lien -nama gadis itu- per­la­han.
Mahasiswi asal Ngabang itu baru sa­­­ja pulang dari Karangan, tempat ke­ma­­­langan itu terjadi. Dengan me­ngen­da­­rai sepeda motor, ia berbon­cengan de­­ngan temannya menuju tem­pat pe­nye­lenggaraan acara ke­ro­hanian Retret di Bengkayang. Ia be­rangkat dari Pon­ti­anak pukul 05.30 WIB. Dengan kece­pa­tan 40 km/jam ia mulai perjalanan itu yang me­makan waktu sekitar 2 sam­pai 2,5 jam bersama teman-temannya.
Menurut ceritanya, kondisi jalan di sa­na (Karangan-red) sangat mem­pri­ha­tin­kan. Sepeda motornya pun di­per­lam­bat karena banyak sekali ter­dapat lubang yang digenangi air. Per­jalanan sem­pat terhenti dua kali di­karenakan ban sepeda motor yang bocor.
Setelah menambal ban, per­jala­nan kem­bali dilanjutkan, karena mes­ti ber­pa­cu dengan waktu acara yang nyaris di­mu­lai. Namun, tak di­sang­ka nasib na­as menimpa dirinya. Ber­niat menghin­da­ri lubang tapi ga­gal, malah ia ter­jung­kal jatuh dan mes­ti dilarikan ke ru­mah sakit. Sa­yangnya saat itu, tak sa­tu pun ken­da­raan yang lewat. Sambil me­rintih ke­sakitan menahan pedih luka di wa­jah­nya. “Di sana tidak ada rumah pen­­duduk karena masih berupa hu­tan be­lan­tara. Setelah cukup lama me­nung­gu, akhirnya ada truk yang ber­sedia me­ngan­tarkan ke rumah sa­kit ter­de­kat,” kenang mahasiswi Fa­kul­tas Hu­kum Untan ini. Tak di­nya­na lagi ke­nang-kenangan yang di­pe­rolehnya dari ke­jadian itu, pi­pi­nya mendapat empat ja­hi­tan aki­bat koyak terkena aspal.
Nasib serupa juga pernah dialami o­­leh Bujang (41), supir bis antar kota yang telah 30 tahun menekuni pe­ker­ja­­an­nya. Dia mengatakan selama men­ja­di supir merasakan ter­pero­sok ke da­lam lubang, tergelincir bah­kan sampai bis terbalik sudah me­ru­pakan hal biasa. Ham­pir selu­ruh daerah di Kalbar se­per­ti Sintang, Ke­tapang, Putusibau, En­tikong per­nah dilewatinya. Di­ka­ta­kan­nya dae­rah Sandai (Kabupaten Ke­ta­pang) ham­pir 90% adalah tanah, se­hing­ga ji­ka musim hujan perjalanan bi­sa me­makan waktu 2 hari.
Dengan memasang raut wajah sen­du ia berbagi pengalaman ke­pa­da MI­UN, saat memacu bisnya me­nuju San­dai. Ketika itu sedang mu­sim hujan, ja­di jalan di daerah yang berupa tanah ku­ning itupun be­cek. “Ndak mampu ra­­sa­nya bawa bis de­ngan jalan kayak gi­­tu, waktu itu sam­pai 2 hari di jalan,” be­bernya. Ter­gelincir, terperosok ada­lah hal bia­sa walau di hatinya ada pera­sa­an kha­watir akan keselamatan penum­pang. “Saya sih udah biase, tapi orang la­en tu yang ketakutan,” katanya deng­an logat khas melayu. Jika su­dah se­per­­ti itu yang dapat dilakukan hanya ber­usaha menenangkan para pe­num­pang dan menyupir dengan ha­ti-hati.
Lain lagi ceritanya waktu ia hen­dak berangkat ke Putusibau. Jalan yang ber­lubang sempat membuat ka­­ca-kaca bis pecah, akibat ter­pe­ro­sok ke lubang hing­ga bis pun ter­ba­lik. “Lubangnya be­sar sampai sete­ngah bis,” katanya. Be­run­tung tidak a­da korban jiwa saat itu, ha­nya ada be­berapa penumpang yang ter­luka.
Bujang yang tinggal di Siantan ini me­­ngatakan jika bis sudah ter­pe­ro­sok ke lubang, cara yang ampuh un­tuk me­na­rik bis adalah dengan cara di rol me­la­lui kendaraan berat. Di ba­gian depan dan belakang ban yang terperosok di­tan­cap­kan dua ka­yu yang menjadi lan­dasan ban un­tuk keluar dari lubang. Ke­mudian ta­li diikatkan di bagian de­pan bis yang ter­perosok lalu diikatkan ju­ga pada mo­bil penarik.
Kalau sudah seperti ini, saat pu­lang ke Pontianak bis langsung dima­sukkan ke bengkel untuk di service. Ma­sih dari pe­nuturannya juga, bia­ya service untuk sa­tu unit bis men­ca­pai 600 ribu sampai 3 juta rupiah, ji­ka kondisinya rusak pa­rah. “Tiga juta itu kalau transmisi dan gar­dannye ru­sak,” keluhnya.
Wajahnya menerawang kala me­ngi­ngat pernah ada penumpang yang me­ning­gal karena tertimpa bis yang ter­ba­lik. “Sedih melihat orang-orang yang meninggal ketimpa bis,” ujarnya.
Bujang yang memulai pekerjaan­nya da­ri usia 12 tahun, mengharap­kan pe­merintah memperhatikan kon­disi jalan di daerah yang sangat mem­prihatin­kan. “Jangan sampai mem­bahayakan orang laen,” pesan­nya.
Tingkat kecelakaan me­ning­­kat
Berdasarkan data Polda Kalbar, ter­­jadi peningkatan kecelakaan lalu lin­tas sepanjang 2006 hingga 319 per­sen. Ta­hun 2005 laka lantas yang ter­jadi seba­nyak 274 kasus. Jumlah ini meningkat pa­da 2006 menjadi 1.149 kasus. Jum­lah korban yang me­ninggal, luka berat dan luka ri­ngan akibat laka lantas juga me­nga­lami peningkatan. Korban me­ninggal du­nia dari 237 orang menjadi 389 or­ang, meningkat sebesar 64,14 per­­sen. Korban luka berat dari 150 orang menjadi 437 orang, meningkat se­ba­nyak 191, 33 persen. Sementara kor­ban luka ringan meningkat seba­nyak 616,24 persen dari 197 orang men­ja­di 1.411 orang.
Pa­da awal tahun 2006, Kali­man­tan Barat untuk triwulan I dibanding de­­ngan triwulan sebelumnya tahun 2005 telah terjadi peningkatan ke­ce­la­kaan lalu lintas sebanyak 61%. Di tri­wu­lan I tahun 2005 terjadi 78 jum­lah kecelakaan, sementara tri­wu­lan I ta­hun 2006 naik menjadi 204 kasus kece­lakaan.
“Data ini yang didapatkan tiap ti­ga bulannya. Namun saya khawatir a­da Polres yang tidak melaporkan ke­pada sa­ya,” kata Gustav Leo, Kasubdit Bin Gak­­kum Polda Kalbar.
Sementara data yang dikeluar­kan Pol­tabes Pontianak, untuk kota Pon­ti­anak dalam kurun waktu 5 bu­lan dari Ja­nuari sampai Mei tahun 2006 terjadi 5 kasus kecelakaan aki­bat jalan rusak. Bah­kan ada yang sam­pai memakan kor­ban jiwa. Ke­ce­lakaan tersebut biasa ter­jadi di Ja­lan Tabrani Ahmad, Jalan Da­nau Sen­tarum, Jalan Ampera, daerah Su­­ngai Rengas, dan Jeruju Besar. “Ja­lan rusak bisa mempengaruhi ting­kat ke­celakaan,” kata Iptu Har­yanto, Ka­nit Laka Poltabes Pon­ti­a­nak.
Haryanto menambahkan pihak­nya me­lalui Dikmas Lantas sudah mem­be­ri­ta­hukan kepada Pemkot me­ngenai ka­­­­sus kecelakaan yang ter­jadi akibat ja­lan rusak akan tetapi ja­wa­bannya ku­rang memuaskan. “Ja­waban mereka ter­bentur pada ma­salah dana,” bebernya pada MIUN. []­