Sunday, January 6, 2008

civitas edisi 41

Mahasiswa Fahutan Keluhkan Fasilitas Kampus

Minimnya jumlah mahasiswa mempersulit Fakultas Kehutanan (Fahutan) untuk melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam mendukung perkuliahan. Dimana jumlah mahasiswa juga berpengaruh dalam pendanaan, karena SPP yang didapat akan diberikan 70% untuk fakultas itupun bukan sepenuhnya untuk menambah sarana dan prasarana perkuliahan, melainkan untuk keperluan lain. Hal tersebut diungkapkan Abdurani Muin Dekan Fahutan.

Akibat kurangnya sarana dan prasarana perkuliahan, menyebabkan mahasiswa Fahutan mengeluh. “Kami merasa Fahutan seperti dianaktirikan dari fakultas lain. Hal ini tampak dari kurangnya literatur ilmu kehutanan di perpustakaan, ruang perkuliahan yang kecil, ditambah lagi kurangnya kursi,” kata Icha Juniarti mahasiswa Fahutan angkatan 2003.

Firdaus mantan Ketua Sylva mengharapkan Fahutan beserta Universitas bisa mengoptimalisasikan sarana dan prasarana yang diperlukan terutama laboratorium. Selama ini laboratorium Fahutan tidak jelas siapa yang memegang kendalinya sehingga mahasiswa kebingungan. “Jauhnya lab dari kampus juga menyulitkan perkuliahan, karena lab tersebut berada di Fakultas Pertanian,” tambahnya.

Menanggapi hal itu Abdurani Muin menyatakan fahutan sudah mengajukan pembangunan ke universitas dan responnya cukup baik, namun pengajuan tersebut belum bisa terpenuhi karena untuk tahun ini pemerintah tidak memperbolehkan pembangunan baru tapi hanya perbaikan. Sedangkan untuk laboratoriumnya sendiri belum ada tempat pembangunan mengingat lahan fahutan sangat sempit.

Menurut Thambun Anyang Purek II Untan, sarana dan prasarana fakultas haruslah dibuat perencanaan terlebih dahulu, seperti apa-apa saja yang diperlukan fakultas. Barulah hal tersebut disampaikan ke Universitas yang kemudian akan disampaikan ke pusat. Namun perencanaan tersebut belum bisa dikabulkan Dikti, apalagi dana APBN yang 20% untuk pendidikan baru terpenuhi sekitar 9-10%, karena itu pembangunan sangat sulit dilaksanakan.