Beasiswa
Mahasiswa Fisip Ditarik
Oleh Agustina
Pembagian beasiswa Penunjang Prestasi Akademik (PPA) dan beasiswa Bahan Bakar Minyak (BBM) kepada mahasiswa Fisip Agustus lalu diwarnai dengan penarikan sumbangan sukarela rata-rata sebesar 20.000 - 50.000. Penarikan sumbangan sukarela tersebut menimbulkan petanyaaan bagi sejumlah mahasiswa.
“Saya kecewa mengapa beasiswa harus dipotong. Padahal yang membagikan beasiswa itukan sudah digaji, kenapa mesti harus meminta uang lelah kepada kami, wajib lagi,” ujar Enbe mahasiswa Fisip yang mendapatkan beasiswa.
Menanggapi masalah tersebut, Suyono Kabag Kemahasiswaan mengatakan kebijakan fakultas dalam melakukan pemotongan beasiswa tidaklah dibenarkan, Karena seharusnya beasiswa yang dibagikan haruslah utuh. “Saya juga telah menanyakan kepada pihak di Fisip sendiri mengenai masalah ini. Namun, sampai saat ini belum ada tanggapan maupun klarifikasi dari pihak Fisip,” tambahnya.
Dalam pernyataannya Soekamto selaku PD III menegaskan bahwa pembagian beasiswa di Fisip Untan tidak ada pemotongan, serta tidak ada instruksi darinya ataupun dari pihak lain. “Saat pembagian beasiswa tersebut saya sendiri sedang sakit. Jadi bukan saya yang membagikan langsung beasiswa tersebut kepada mahasiswa, tetapi dana tersebut diserahkan kepada Kasubbag kemahasiswaan dan langsung dibagikan,” tambahnya.
Kemudian ia mencoba melakukan klarifikasi dengan staf-staf yang terlibat didalam pembagian beasiswa tersebut, terutama pada Titin selaku Kepala sub-bagian kemahasiswaan Fisip Untan.
Ditanyakan dibagian kemahasiswaan apakah benar ada pemotongan atau apa saja yang sifatnya mewajibkan bagi mahasiswa atau memberatkan bagi mahasiswa, ternyata jawaban yang diperoleh itu memang pihak kemahasiswaan juga tidak melakukan pemotongan tersebut, dan tambahnya sebagai Pembantu Dekan III Fisip Untan tidak pernah memberikan instruksi untuk melakukan pemotongan itu.
Namun berbeda halnya dengan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa mereka membenarkan adanya penarikan tersebut. “Sebenarnya sih saya ikhlas memberikan sumbangan tersebut, asalkan jelas kemana arah sumbangan tersebut, tapi pada kenyataannya saya sendiri tidak tau untuk apa sumbangan itu,” kata Bambang mahasiswa fisip angkatan 2005 yang juga menerima beasiswa.
“Seharusnya dari pihak administrasi yang membagikan beasiswa tersebut, memperjelas untuk apa sih pemotongan beasiswa tersebut, mungkin infaq atau apalah yang sifatnya bermafaat. Bukan malah menjadi tanda tanya besar bagi mahasiswa yang menerima beasiswa, buat apa sih sumbangan itu, “ ungkap Iis kesal.
Sama halnya dengan beberapa mahasiswa yang merasa heran dan terkejut dengan adanya pemotongan beasiswa yang sebelumnya tidak ada. “Beasiswa itukan hak mahasiswa, mengapa harus dipotong, Bukankah itu emang tugas mereka untuk menyalurkannya, ditambah lagi jumlah pemotongan ditulis seberapa besar sumbangan yang mahasiswa berikan,” ungkap Wati penerima beasiswa PPA ini.
“Bagi mahasiswa yang tidak mendapatkan beasiswa mereka merasa ketidakadilan dalam pembagian beasiswa, pasalnya ada beberapa orang yang seharusnya tidak mendapat beasiswa namun pada kenyataannya mereka menerima beasiswa tersebut dengan konsekuensi harus memberi sumbangan dari uang beasiswa tersebut,” ungkap Ika mahasiswa Fisip 2005.
Sampai berita ini diturunkan Titin sebagai Kabag Kemahasiswaan yang bertanggungjawab membagikan beasiswa itu, hanya manangapi ia tidak ada wewenang mengenai masalah ini, dan yang mempunyai wewenang adalah Soekamto selaku PD III. “ sebaiknya tanyakan kepada PD III tugas saya hanya membagikan beasiswa tersebut,” jelasnya dengan emosi meninggalkan kami (Miun) saat diwawancarai.
Berbeda dengan Soekamto yang menyatakan setelah dana beasiswa yang diterimanya dari Bank, langsung diserahkannya pada bagian Kabag Kemahasiswaan dan menginstruksikan untuk membagikannya kepada mahasiswa. Jadi tidak ada intruksi lain, apalagi intruksi untuk memotong beasiswa.[]