Mengingat Kembali
Proses Pemirama Faperta
Oleh Siti Aminah
Meski Pemilihan Raya
Mahasiswa (Pemirama)
Fakultas Pertanian (Fa¬per¬ta) telah dimenangkan pasangan Deby dan Novi. Salah satu calon kandidat dari Jurusan Ilmu Tanah angkatan 2004 Romiyanto menilai, proses demokrasi Kamis (19/1) lalu diwarnai kejanggalan.
Romiyanto mendapati adanya kejanggalan pada Pemirama Faperta seperti tidak adanya tata cara pencoblosan, Tempat Pemungutan Suara (TPS) sering berpindah serta masih terpampangnya pamflet kam¬panye di seluruh sudut Faperta pada masa tenang.
Ketua Panitia Komisi Pemilihan Presiden Mahasiswa (KPPM) Abe, menyadari adanya kesalahan dalam proses pemirama Faperta. “TPS dipindahkan guna meminimalisir khawatiran panitia akan pemilih yang mencoblos lebih dari satu kali. Kami juga kelupaan membuat tata cara pencoblosan” kilah Mahasiswa Juru¬san Agronomi angkatan 2005 ini.
Sedangkan untuk masa tenang Abe mengatakan dari KPPM memang tidak memberlakukan masa tenang mengingat bila pamflet atau spanduk dicabut, dikhawatirkan banyak Maha¬siswa Faperta tidak mengetahui adanya pemirama. “ Meski begitu Pihak KPPM menyayangkan kurangnya minat dan partisipasi mahasiswa dalam pemirama Faperta padahal pamflet dan spanduk sudah dipasang sejak bulan Desember lalu,” ujarnya.
Pemirama Faperta diikuti tiga pasangan calon yakni Marwan-Romi, Jemie-Azyumardi dan Deby-Novi. Dari 419 suara pemilih, pasangan Deby-Novi unggul dengan 204 suara.
Ketika disinggung tentang rencana program kerjanya, Deby Mahasiswa Jurusan agronomi bertekad mem¬perjuangkan adanya Semester Pendek (SP) lagi di Faperta. Ia juga coba mengangkat masalah penerima beasiswa di Faperta.[]