Monday, March 17, 2008

edisi 43 / Khusus Civitas

Modal Jadi Penulis
Oleh Ellia Marliani



Dunia seakan buta tanpa cahaya
sebagai penerang kegelapan,
begitu juga dengan kehidupan tanpa infor¬¬masi. Selasa pagi, akhir tahun 2007 di Hotel Merpati yang berada di lintasan Jalan Imam Bonjol, tampak ramai dikunjungi siswa SMA dan perwakilan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Mereka menjadi peserta Pelatihan Inspiratif Menulis Bagi Pemuda Kalimantan Barat.
Kegiatan yang diselenggarakan Badan Pemuda Olahraga dan Pember¬dayaan Perempuan (BAPORA-PP) Kalbar, menghadirkan Nur Iskandar sebagai pemateri. Didalam dunia penulisan terdiri dari berbagai macam bentuk tulisan, yang bersifat inspiratif, naratif, deskriptif dan argumentatif. “Menulis untuk dikonsumsi publik bisa berupa berita, artikel/opini, puisi, cerpen, novel, pantun, dan sya¬ir,” ujar Pimred Borneo Tribune ini. Baginya, dulu menulis hanyalah sekedar hobi, namun seka¬rang telah menjadi perjal¬anan karier bahkan sebuah bisnis.
Didalam proses menulis perlu ada suatu wadah pembinaan, sehingga dapat terarah dengan baik. “Kedi¬siplinan dalam menulis terkait erat dengan membaca. “Tanpa membaca, mustahil seseorang jadi penulis,” tuturnya. Iapun lalu menganalogikan hal itu dengan mengibaratkan gelas kosong yang diisi dengan air. Semakin banyak diisi dengan air, tentunya gelas tersebut akan penuh.
Wartawan senior, A Halim R juga menyampaikan modal menjadi seorang penulis adanya kepe¬kaan dan sikap kritis memberontak terhadap suatu keadaan yang ditu¬ang¬kan dalam “teks kehi¬dupan”, baik teks tertulis maupun tidak tertulis. “Menulis itu pada hakikatnya adalah upaya mengeks¬presikan apa yang dilihat ,diala¬mi,dirasakan dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan,” jelasnya. “Sebuah kemustahilan, orang yang tak gemar membaca akan menjadi seorang penulis, walaupun tak semua yang gemar membaca dan berminat bisa menulis dengan baik,” tegasnya.
Modal penting lainnya adalah kelan¬caran berbahasa. Dengan begitu akan memudahkan bermain dalam kalimat. Humor di kalangan jurnalis dan penulis diibaratkan butir permata yang ditabur¬kan di tempat tertentu dalam sebuah tulisan, biasa¬nya berupa kejutan informasi yang tidak disangka-sangka oleh pembaca. “Dalam pengungkapan masalah hangat yang sedang terjadi penulis akan memasukkan unsur humor, sehingga tidak terjadi kontradiksi antara kenyataan dengan yang ditulis penulis,” tuturnya sembari senyum.
Hari pun tak terasa sudah beranjak siang, panasnya mentari memang tak dirasakan. Ruangan pelatihan yang full AC membuat peserta tidak merasakan panas yang ada di luar sana. Dengan silih ber¬gantinya waktu, kedua pemateri tersebut pun diganti dengan Sofyan dan Baskoro Effendi secara bergantian.
Menulis bagi Sofyan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komu¬nikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. “Dalam meningkatkan minat tulis, perlu kiat membiasakan diri menulis efektif,” katanya. Sementara Baskoro Effendi menjelaskan teknik penulisan feature. Feature/karangan khas atau berita kisah, penuh dengan cerita human interest. Selain menghibur dan informatif, feature sengaja diwarnai agar menarik untuk dibaca. Sesuai dengan fungsinya, feature menge¬mukakan suatu pribadi dengan melu¬kiskan suasana yang melatarinya.
“Feature adalah tulisan yang berada diluar tulisan yang bersifat langsung, dimana pegangan utama dari 5W+1H dapat diabaikan,” ujarnya. 5W+1H merupakan rumus penulisan berita langsung berunsurkan Apa (What), Kapan (When), Dimana (Where), Kenapa (Why), Siapa (Who) dan Bagaimana (How).
Di Kota Pontianak, kini sudah bermunculan bibit-bibit baru penulis handal. Penulis baru itu akan membe¬rikan informasi pada masyarakat Pon¬tianak. “Sehingga kota tak akan menjadi gelap gulita tanpa informasi, Pontianak akan terus terang-bende¬rang dengan cahaya penerangan yang diberikan melalui informasi,” ungkap¬nya.[]