Wednesday, September 24, 2008

Edisi Khusus/ Akademika


PMB Untan Tercoreng

OLEH
NOVI, TINA, NITA


Syahrudin, salah satu mahasiswa baru menjadi korban Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) tahun 2008. Satu hari sebelum PMB di kampusnya, Sabtu (30/8) sekitar pukul 10.00 Syahrudin disuruh seniornya push up. Sebelumnya ia telah mengabarkan kepada salah satu seniornya bahwa dia tidak mampu lagi push up. Namun seniornya tetap memaksa, yang kemudian berakibat engsel lengan Syahrudin bergeser.
Florianus, Ketua PMB Fisip, mengatakan kejadian yang menyebabkan lengan Syahrudin bergeser tersebut terjadi diluar kontrol panitia. ”Hari itu para panitia belum memiliki kartu pengenal. Sehingga sulit membedakan antara panitia dan yang bukan panitia, sehingga kita ngga tahu siapa pelakunya yang menyebabkan kejadian itu,”jelas Florianus.
Begitu pula Pembantu Dekan (Pudek) III Fisip, Soekamto, yang pada saat kejadian tidak berada di kampus. ”Waktu kejadian itu saya sedang rapat koordinasi dengan Pembantu Rektor III untuk membahas masalah PMB,” kata Soekamto. ”Saya baru tahu kejadian itu setelah ditelpon,” lanjutnya.
Kasus ini berbuntut panjang. Pasalnya, salah satu media lokal di Kalimantan Barat, memberitakan adanya kekerasan hingga menimbulkan korban dalam kegiatan ospek disalah satu fakultas di Untan. Kejadian tersebut juga disinggung Rektor Untan, Chairil Efendy dalam upacara pembukaan PMB. Dia mengingatkan pada fakultas-fakultas lain untuk tidak melakukan kekerasan dalam PMB dan agar kejadian di Fisip tidak terulang kembali.
”Saya menyesal kenapa insiden ini bisa terjadi, tapi ya sudahlah semua sudah terjadi,” ungkap Abdul Hamid ayah Syahrudin. Hamid mengungkapkan mungkin ini diluar jangkauan fakultas, lagipula saya dengar di Untan tidak lagi ada ospek. ”saya yakin masalah ini pasti kecolongan tanpa sepengetahuan fakultas,” tambahnya.
Syahrudin mengatakan tidak tahu siapa yang saat itu melakukan kekerasan padanya karena susah buat membedakan yang panitia dan bukan panitia. ”Kalau hanya sekedar membentak saya masih maklum, tapi kenapa harus ada kekerasan fisik,” tanyanya.
Sebagai bentuk partisipasi fakultas Soekamto perwakilan dari Fisip memberikan sedikit bantuan untuk pengobatan Syahrul sebagai tanggung jawab. ”Ini ada sedikit bantuan buat keperluan syahrudin sebagai tanggung jawab kami selama pengobatan Syahrudin, ungkap Sukamto kepada Hamid. Ia mengungkapkan tidak ada yang menginginkan kejadian ini. ”Namanya juga musibah, saya berharap sebaiknya PMB sebaiknya ditiadakan saja sehingga masalah ini mungkin tidak akan terjadi lagi, ungkap Soekamto yang juga menrupakan paman dari syahrudin.
Purek III. Edi Suratman mengatakan tidak membenarkan bagi fakultas yang melaksanakan ospek diluar jadwal yang telah ditentukan. ”Mengapa pada waktu rapat menyetujui konsep PMB seperti itu,” ungkapnya menyesalkan. Tidak ada sanksi terhadap pelangaran tersebut. ”Namun kami akan mengevaluasi PMB tahun ini agar tidak lagi terjadi hal-hal yang tidak diinginkna.” kata Edi Suratman.[]