Oleh :
Tri Mulyaningsih
Tidak hanya bersiap menyambut Badan Hukum Pendidikan (BHP),Untan kini berencana membangun universitas satu atap. Rencana itu merupakan tindak lanjut dari penyelesaian tata ruang Untan akhir tahun 2007. Seluruh civitas akademika Untan akan disatukan dalam sebuah gedung terpadu empat lantai di depan Gedung Rektorat. Guna mengefisienkan sarana dan prasarana kampus mulai dari tata ruang, air, listrik, kebersihan, sistem keamanan dan komunikasi yang terkontrol dan mudah diawasi.
Tiap lantai disediakan dua ruang khusus diskusi dosen dan mahasiswa. Pembantu Rektor IV Untan, M. Iqbal berharap nantinya interaksi antar mahasiswa membaik. “Selama ini gara-gara senyum saja bisa kelahi,” katanya saat di temui di ruang kerjanya. Dekan Fakultas Tekhnik Syafarudin mengingatkan, seluruh kegiatan dalam universitas terpadu di saat bersamaan, apalagi dengan jumlah mahasiswa sekitar 15 ribu orang, memerlukan sirkulasi yang baik.
Pembangunan universitas terpadu dimulai dengan mengajukan proposal ke Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Lalu, universitas merapatkan dengan seluruh unit di Untan untuk memprediksi potensi Untan 20 tahun kedepan. Segala aspirasi tentang kemajuan Untan akan ditampung dan jadi pijakan dalam agenda selanjutnya. Bila rapat menghasilkan mufakat untuk membangun gedung perkuliahan satu atap, maka rencana pembangunan ini tetap direalisasikan tiga sampai lima tahun mendatang. Ketika ditanya mengenai pemanfaatan bangunan 9 fakultas Untan, Iqbal menjawab, bagunan tersebut akan dialihfungsikan menjadi sarana pelatihan dan penginapan.
Pembangunan Menelan 400 Miliar
Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa Untan Andre Forniko, setuju dengan dibangunnya universitas terpadu. Namun, ia juga mempertanyakan sumber dana pembangunan itu sendiri. Ia tegas menolak jika nantinya dana pembangunan uninersitas terpadu akan dibebankan pada mahasiswa. “Itu kebanggaan kalau punya universitas satu atap. Tapi bagaimana dengan sumber dananya. Yang saya tahu, sumber dana tersebut diperoleh dari pinjaman. Yang jadi masalahnya, bagaimana cara pengembaliannya.,” tanya mahasiswa Fakultas Ekonomi ini.
M. Iqbal mengatakan, pembangunan Universitas terpadu tidak akan mengorbankan mahasiswa. “Dana 400 miliar untuk membangun gedung tersebut berasal dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dan bantuan dari Internasional Development Bank (IDB) melalui Government to Government (GTG).
Mahasiswa Tekhnik sipil Marcel tidak setuju dengan penggabungan fakultas tersebut.“Karena akan menimbulkan kesenjangan dan konflik antar mahasiswa oleh karena ego masing-masing. Juga perlu di ingat sejarah tiap fakultas itu berbeda,” jelasnya.[]
Tidak hanya bersiap menyambut Badan Hukum Pendidikan (BHP),Untan kini berencana membangun universitas satu atap. Rencana itu merupakan tindak lanjut dari penyelesaian tata ruang Untan akhir tahun 2007. Seluruh civitas akademika Untan akan disatukan dalam sebuah gedung terpadu empat lantai di depan Gedung Rektorat. Guna mengefisienkan sarana dan prasarana kampus mulai dari tata ruang, air, listrik, kebersihan, sistem keamanan dan komunikasi yang terkontrol dan mudah diawasi.
Tiap lantai disediakan dua ruang khusus diskusi dosen dan mahasiswa. Pembantu Rektor IV Untan, M. Iqbal berharap nantinya interaksi antar mahasiswa membaik. “Selama ini gara-gara senyum saja bisa kelahi,” katanya saat di temui di ruang kerjanya. Dekan Fakultas Tekhnik Syafarudin mengingatkan, seluruh kegiatan dalam universitas terpadu di saat bersamaan, apalagi dengan jumlah mahasiswa sekitar 15 ribu orang, memerlukan sirkulasi yang baik.
Pembangunan universitas terpadu dimulai dengan mengajukan proposal ke Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Lalu, universitas merapatkan dengan seluruh unit di Untan untuk memprediksi potensi Untan 20 tahun kedepan. Segala aspirasi tentang kemajuan Untan akan ditampung dan jadi pijakan dalam agenda selanjutnya. Bila rapat menghasilkan mufakat untuk membangun gedung perkuliahan satu atap, maka rencana pembangunan ini tetap direalisasikan tiga sampai lima tahun mendatang. Ketika ditanya mengenai pemanfaatan bangunan 9 fakultas Untan, Iqbal menjawab, bagunan tersebut akan dialihfungsikan menjadi sarana pelatihan dan penginapan.
Pembangunan Menelan 400 Miliar
Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa Untan Andre Forniko, setuju dengan dibangunnya universitas terpadu. Namun, ia juga mempertanyakan sumber dana pembangunan itu sendiri. Ia tegas menolak jika nantinya dana pembangunan uninersitas terpadu akan dibebankan pada mahasiswa. “Itu kebanggaan kalau punya universitas satu atap. Tapi bagaimana dengan sumber dananya. Yang saya tahu, sumber dana tersebut diperoleh dari pinjaman. Yang jadi masalahnya, bagaimana cara pengembaliannya.,” tanya mahasiswa Fakultas Ekonomi ini.
M. Iqbal mengatakan, pembangunan Universitas terpadu tidak akan mengorbankan mahasiswa. “Dana 400 miliar untuk membangun gedung tersebut berasal dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dan bantuan dari Internasional Development Bank (IDB) melalui Government to Government (GTG).
Mahasiswa Tekhnik sipil Marcel tidak setuju dengan penggabungan fakultas tersebut.“Karena akan menimbulkan kesenjangan dan konflik antar mahasiswa oleh karena ego masing-masing. Juga perlu di ingat sejarah tiap fakultas itu berbeda,” jelasnya.[]